Pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai 10 tingkatan upacara Rambu Tuka’ Toraja dari yang terendah sampai yang tertinggi.
Upacara Rambu Tuka’ adalah upacara adat Toraja yang berhubungan dengan acara syukuran di dalam upacara ini tak ada kesedihan, yang ada hanya kegembiraan.
Contoh acara Rambu Tuka’ Misalnya acara pernikahan, syukuran panen dan peresmian rumah adat/tongkonan yang baru, atau yang selesai direnovasi, menghadirkan semua rumpun keluarga, dari acara ini membuat ikatan kekeluargaan di Toraja sangat kuat semua Upacara tersebut dikenal dengan nama Ma’Bua’, Meroek, atau Mangrara Banua Sura’.
Upacara ini menarik karena berbagai atraksi tarian, dan nyanyian dari yang unik.
Upacara Rambu Tuka Toraja dilaksanakan sebelum tengah hari di sebelah timur tongkonan.
Ini berbeda dengan Rambu solo yang di gelar tengah atau petang hari serta di adakan di sebelah barat tongkonan.
Sebagai upacara kegembiraan, Rambu Tuka’ Toraja digelar mengiringi meningginya matahari Sedangkan Rambu Solo’ untuk mengiringi terbenamnya matahari.
1) Kapuran Pangngan yaitu suatu cara dengan hanya menyajikan Sirih Pinang sementara menghajatkan sesuatu yang kelak akan dilaksanakan dengan kurban-kurban persembahan.
2) Piong Sanglampa, yaitu suatu cara dengan menyajikan satu batang lemang dalam bambu dan disajikan di suatu tempat atau padang/pematang atau persimpangan jalan yang maksudnya sebagai tanda bahwa dalam waktu yang dekat manusia akan mengadakan kurban persembahan.
3) Ma’pallin atau Manglika’Biang, yaitu suatu cara dengan kurban persembahan
satu ekor ayam yang maksudnya mengakui semua kekurangan dan ketidaksempurnaan manusia yang akan melakukan kurban persembahan selanjutnya.
4) Ma’tadoran atau Menammu, yaitu suatu cara dengan mengadakan kurban persembahan satu ekor ayam atau seekor babi yang dityyukan kepada pemujaan
Deata — Deata terutama bagi Deata yang menguasai daerah tempat mengadakan kurban persembahan itu.
Ma’tadoran juga dilakukan jika melaksanakan upacara Pengakuan Dosa yang disebut Mangaku-aku.
5) Ma’pakande Deata do Banua (mengadakan kurban persembahan di atas Tongkonan).
Nama Upacara ini berbeda di tiap daerah adat tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu dengan kurban persembahan seekor babi atau lebih sesuai dengan ketentuan dari masing-masing daerah adat.
Upacara ini dilaksanakan di atas Tongkonan karena Tongkonan sebagai tempat hidup manusia yang mengadakan kurban persembahan dan tujuannya memohon berkat atau bersyukur atas kehidupan dari Sang Pemelihara atau Deata-Deata dan juga sebagai tempat menghajatkan kurban persembahan. Ada daerah adat yang menyebut upacara ini sebagai Ma’ parekke Para.
6) Ma’pakande Deata diong padang (mengadakan upacara di halaman Tongkonan),yaitu upacara kurban seekor babi atau lebih yang dilaksanakan di halaman Tongkonan dari orang yang mengadakan upacara. Tujuan upacara ini adalah memohon kepada Deata-Deata supaya memberkati seluruh tempat atau Tongkonan tempat orang merencanakan dan mengusahakan kurban persembahan seterusnya serta tempat mendirikan Tongkonan. Ada daerah adat yang menamakannya sebagai Ma tete Ao”.
7) Massura’ Tallang adalah upacara yang dilaksanakan setelah selesai melaksanakan tingkatan upacara yang lebih rendah seperti tersebut di atas. Upacara ini dilaksanakan di depan Tongkonan agak sebelah timur.
Upacara Massura’ Tallang inerupakan upacara persembahan paling tinggi kepada Deata-Deata sebagai Sang Pemelihara dengan kurban beberapa ekor babi, dimana sebagian untuk persembahan dan sebagian lagi untuk dibagikan menurut adat kepada masyarakat dan orang yang menghadiri upacara tersebut utamanya kepada petugas adat dan agama Aluk Todolo. Upacara Massura” Tallang ini dapat dilakukan oleh seluruh keluarga dari satu rumpun keluarga atau boleh juga satu keluarga
8) Merok, yaitu upacara pemujaan kepada Puang Matua sebagai upacara pemujaan
yang tinggi dengan kurban Kerbau, Babi dan ayam. Pada upacara ini nama Puang Matua yang selalu jadi pokok ungkapan dalam pembacaan mantra dan doa.
Kerbau yang dikurbankan pada upacara Merok ini adalah kerbau hitam (Tedong Pudu”), karena tidak boleh menyajikan kurban kerbau yang memiliki bintik putih yang dianggap sebagai kerbau yang cacat. Sebelum kerbau ini dikurbankan dengan
menggunakan Tombak (Dirok), terlebih dulu kerbau ini Disurak (didoakan dalam suatu ungkapan hymne yang isinya menceritakan kemuliaan Puang Matua dan segala ciptaannya serta kehidupan manusia dan mengutuk pula perbuatan yang tidak baik dari manusia yang disyaratkan dengan pernyataan melalui kurban kerbau tersebut). Dan pelaksanaan pembacaan hymne semalam suntuk oleh Tominaa disebut Massurak Tedong atau Massomba Tedong, yang mana dalam Massomba Tedong ini diungkapkan tujuan dari keluarga mengadakan upacara Merok.
9) Ma’bua’ atau La’pa, yaitu suatu tingkatan upacara Rambu Tuka’ yang paling tinggi dalam Aluk Todolo.
Upacara ini dilaksanakan setelah menyelesaikan semua upacara-upacara yang terbengkalai oleh keluarga atau daerah yang mengadakan upacara Ma’bua’ tersebut.
Hal ini karena upacara Ma’bua’ adalah upacara untuk mengakhiri seluruh upacara apapun dalam mensyukuri seluruh kehidupan dan mengharapkan berkat serta perlindungan dari Puang Matua,
10) Mangarara Banua adalah ritual terpenting, karena tongkonan menjadi pusat kehidupan orang Toraja.
Mulai dari urusan pemerintahan adat, perekonomian, hingga urusan memelihara silaturahim kekerabatan dilaksanakan di tongkonan.
Kekerabatan, lebih-lebih status sosial seseorang, tidak hanya ditelusuri dari nama marga, tetapi juga dari tongkonan mana ia berasal.” Mangarara Banua” termasuk prosesi “Rambu Tuka” yang langka karena hanya dilakukan untuk keselamatam tongkonan yang baru diganti atap bambu atau dindingnya. ”
Penggantian atap sebuah tongkonan biasanya dilakukan 40 tahun sekali, sesuai umur bambu yang disusun sebagai atap tongkonan yang bersangkutan, sedangkan penggantian dinding tongkonan biasanya dilakukan 100 tahun sekali.
Itulah penjelasn terkait pesta adat Rambu Tukak Toraja beserta 10 Tingkatan Upacara Rambu Tuka’ dari yang Terendah sampai yang Tertinggi. Semoga bermanfaat